Thursday, January 17, 2008

Kedelai Tempe Tahu vs Mahasiswa Keledai

5000 pengerajin tempe tahu se Jabodetabek berdemo didepan istana presiden. Tempe tahu menghilang dari pasar, tukang sayur keliling, warteg, hingga meja makan. Mereka menjerit, berteriak : harga kedelai melambung tinggi. Dari 3000 per kg pada Agustus tahun lalu menjadi 7500 per kg selepas idul fitri.

Kedelai langka dipasar. Sesuai dengan hukum ekonomi tentunya, harga meroket. Di negeri Abang Sam, kedelai dijadikan bahan baku untuk bio fuel. Bukan untuk konsumsi manusia, tapi mesin-mesin.

Lucu! Makanan yang dianggap "merakyat" justru bahan bakunya impor. Wah. Mewah juga makanan rakyat Indonesia, tempe tahu "aslinya" dari luar negeri. Dari Amerika pula. Selucu kita mengimpor beras, padahal nasi adalah makanan pokok bangsa kita, yang serasa belum makan kalau belum melahap nasi.

Sebenarnya ini kesempatan. Ini saatnya petani menanam padi dan kedelai. Kapan lagi petani bisa merasakan harga yang tinggi. Namun, pemerintah toh bereaksi lain. Pemerintah akan mengimpor beras dan kedelai setiap kali harga melambung. Bukannya memperkuat produksi dalam negeri. Ya, memang demi stabilitas politik dan keamanan di kota, petani harus dikorbankan. Mending jutaan petani miskin didesa, daripada jutaan buruh pabrik dikota mengamuk karena harga beras mahal, tempe tahu tak tersedia. Petani tetap miskin sampai kapan pun. Sebuah penelitian menunjukkan margin terbesar atas keuntungan beras diterima oleh pedagang. Petani hanya mendapat sekitar 15 persen. (Seperti lagunya Slank...tak mungkin...tak mungkin...pak tani kaya)

Mahasiswa berdemo. Dengan bangga memakai jaket almamater. Ada yang kuning, hijau, merah, biru. Menggusung spanduk dan berteriak : Usut kasus BLBI. Tangkap dan Adili Koruptor BLBI. (Aku jadi ingat pernah meliput ini berkat cerita Dvd yang ternyata memiliki pengalaman yang sama).

Wah! Hebat juga nih rombongan mahasiswa. Rela dijemur matahari, bolos kuliah, demi memperjuangkan uang rakyat yang diselewengkan.

Satu mahasiswa sempat aku tanyai. Dengan ikat kepala dan bendera ditangan ia begitu bersemangat, seakan hendak melumat para koruptor itu.

Fian : "Apa itu BLBI?"
Mahasiswa A : "Bantuan Likuiditas Bank Indonesia"
Fian : "Iya. Maksudnya apa? Untuk apa BLBI itu?"
Mahasiswa A : "Pokoknya itu uang rakyat yang dikorup"
Fian : "Berapa banyak?"
Mahasiswa A : "Banyaklah. Ratusan triliun."
Fian : "Bagaimana mereka mengkorup BLBI?"
Mahasiswa A : "Caranya macam-macam.Pokoknya koruptor harus kita habisi."
Fian : "Berapa besar BLBI membebani APBN setiap tahun?"
Mahasiswa A : "Banyak. Dan dananya bisa dipakai untuk pendidikan murah."
Fian : "Berapa persisnya?"
Mahasiswa A diam saja. Lalu memanggil beberapa temannya. Dan jawaban hanya gelengan, diam, berbisik kepada rekan disampingnya.

Jadi ingat demo pengerajin tempe tahu. Sebut saja Z. Lulus SD pun tidak. Tapi ia tahu apa yang ia perjuangkan. Harga kedelai melonjak, mata pencarian mereka terancam. Berarti dapur terancam dingin. Mereka resah. Mereka lemah. Mereka meminta bantuan pemerintah. Yang mereka suarakan adalah masalah hidup mereka. Apa yang mereka tahu. Jika aku bertanya kepada mereka apa itu BLBI, dan mereka menggeleng, aku paham.

No comments: