Saturday, May 5, 2007

Piket Pagi Episode 3

Minggu pagi, 30 menit lewat dari pukul 5, weker berbunyi nyaring. Aku terbangun. Tidur tak nyenyak. Baru satu jam tubuhku berbaring diatas kasur kapuk yang tak lagi empuk. Meninggalkan permainan kartu yang masih berlangsung seru. Entah berapa malam dalam setahun aku habiskan bermain kartu. Sepertinya malam-malam tak pernah sepi. Tawa canda, kurang tidur.

Mandi. Berangkat kantor dari Depok menuju Velbak. Terbayang satu ritual di Minggu pagi yang terlewatkan. Bangun pagi (atau belum tidur), jalan-jalan ke pasar kaget, dan tidur lagi. Sejak pertama kuliah di UI, 7 tahun lalu, jarang sekali aku melewatkan hari Minggu tanpa berkunjung ke pasar tersebut. Sekedar jalan-jalan, sarapan, cuci mata atau belanja. Sejak "pasar terkejut" masih berlokasi di dalam kampus, yaitu di sepanjang jalan menuju asrama. Sampai digusur ke daerah pemukiman warga--diluar pagar kampus UI yang angkuh--gara-gara ledakan tabung gas tukang balon yang mencederai beberapa orang. Satu kecelakaan merusak segalanya.

Dan hari ini, sepertinya tak ada hal yang "lebih indah" daripada piket pagi di hari Minggu. Jam 6 pagi harus sudah berada di kantor. Memburu berita.... Siapa pula yang meng-klik www.TempoInteraktif.com sepagi ini di Hari Minggu. Aku yakin sebagian besar manusia di Jakarta ini masih terlelap nyenyak. Hari ini hari bersantai, melepaskan kepenatan. Rekreasi ke pantai atau hanya bermalas-malasan.

Ternyata kantor ga sesepi yang ku bayangkan. Tampaknya ada beberapa wartawan yang sudah "menetap" di kantor ini. Ya kantor, ya rumah. Begitulah. Masih banyak piket pagi menanti, minimal sebulan dua kali. Artinya lanjutan episode bangun pagi.



*ASM

No comments: