Wednesday, May 9, 2007

Que Sera, Sera

Que Sera, Sera

Masa lampau adalah kenangan dan hari esok hanyalah sebuah harapan. Baik masa lampau dan esok hari tidaklah senyata hari ini. Tetapi impianku tidak hidup disaat ini, tapi terikat dengan masa lalu, terpenjara dalam harapan, terpaku menatap percikan fatamorgana keajaiban semu. Dan aku masih bernafas dalam impianku. Harapan dan keinginan akan masa depan membutakan kenyataan hari ini. Aku terhanyut dalam mimpi sehingga mengisi hidup tanpa usaha mengejar tujuan.

Aku jatuh cinta. Hampir semua manusia pernah jatuh cinta. Cinta itu mengubahku. Dan ketika cinta itu sendiri berubah, aku berpijak dalam hampa. Dan aku terjebak dalam metamorfosa tak sempurna. Aku masih terperangkap dalam kepompong mimpiku.

Seperti berdiri dalam lingkaran, aku dapat melangkahkan kakiku ke segala arah yang tampak sama pada awalnya, namun berujung pada akhir kisah yang berbeda. Dan aku berakhir di ujung getir.

Tentang cinta, terdapat banyak pertanyaan tanpa jawaban. Walau terkadang cinta adalah jawaban segala pertanyaan. Banyak yang mengatakan cinta itu bahasa yang universal, tapi menurutku cinta itu hanya bisa dimengerti diri sendiri. Bahasa yang diciptakan oleh masing-masing pribadi. Bahasa yang diperuntukkan bagi masing-masing pribadi. Karena cinta bak sidik jari. Unik dan tak ada yang sama di antara milyaran manusia.

Apakah harus tahu diri sebelum mencinta ? Yang jelas harus mengenal diri sendiri untuk memahami yang di cinta. Apakah ada batasan kelayakan dalam mencinta ? Oh, tidak. Karena semua makhluk lahir dengan hak dan kewajiban atas nama cinta. Tapi cinta adalah masalah kemampuan untuk memenuhi syarat-syarat cinta. Lantas apa itu cinta ? Tak ada definisi konsisten yang tak terbantahkan dan terpinggirkan alur-alur modernisasi. Apakah manusia harus membuang sisi-sisi yang dikatakan “gelap” demi cinta ? Cintaku adalah keseluruhan diriku. Dengan terang dan gelap dalam aku. Karena tanpa terang itu bukanlah aku. Dan tanpa gelap itu bukanlah aku. Aku adalah kesatuan dari terang dan gelap. Terang dan gelap itu tak terpisahkan karena itu dalam aku. Jika berkata aku mencintaimu, maka aku sebagai terang dan gelap mencintaimu.

Dan cinta akan menerima sepenuhnya, tidak hanya menerima terang dan membuang gelap. Dan cinta akan membutakan mata sehingga tak ada lagi terang dan gelap, yang ada hanya sosok yang dicinta. Seperti aku memandangmu karena aku mencintaimu.

Mungkin yang nampak dariku hanya setitik terang dalam gelap. Bagaikan pijaran pelita kecil di kala malam gulita. Dan api pelita itu terombang-ambing diterpa angin, kadang nampak, kadang hilang. Dan padam ketika habis minyaknya. Atau jika tak kuasa menahan godaan sapuan angin yang mengajaknya redup dan padam.

Dalam galau aku tak peduli
Dalam benci aku memaki
Dalam kecewa aku meneteskan air mata
Terdiam hancur lebur
Terurai bak debu jalanan

Mungkin aku salah, dan aku memang salah...dan pasti bisa salah. Maafkan walaupun sesalku terlambat datang.

Sekali lagi maaf atas hancurnya mimpi kita hari ini. Dan terimakasih atas kekuatan akan nostalgia masa lalu, dan harapan akan masa depan.

Selama ini aku beranggapan aku telah berbuat sesuatu. Tapi kenyataannya adalah aku belum berbuat apa-apa, untukku, untukmu, untuk kita. Dan tak sadar aku semakin menjauh.

Dan...

Hanya satu wanita yang dapat membuatku merasa benar-benar beda, mungkin ini yang namanya "cinta". Hanya satu dan satu-satunya. Sampai kemarin, sampai hari ini, mungkin sampai nanti. Tapi mudah-mudahan jangan sampai mati (hehehe rugi juga kalo ga dapat, mati melajang katanya jauh dari surga).

Ketika ku renungkan bagaimana seharusnya kisah cinta ini berlangsung, tak dapat kutemukan jawabnya. Tentu banyak imajinasi gila, khayalan indah menembus nirwana. Tapi realita tak seindah cerita. Dalam sebuah kisah cinta sebagaimana biasanya, tentu aku akan berhasil mendapatkan "cinta sejatiku", kami akan bersatu, bersama dan bahagia selamanya. Entah bagaimana pun caranya, rasional maupun mistis. Misteri jodoh akan mempertemukan kami. "The Invisible Power". Tak ada misteri dalam cinta, yang ada hanyalah sekumpulan fakta, persepsi, dan ekspektasi. Seringkali persepsi yang berbeda sehingga menimbulkan ekspekstasi yang berlebihan, tidak sesuai dengan fakta. Bersama seseorang seumur hidup pun belum tentu membuat kita
mencintainya. Dan sekali lagi amat sangat naif jika mengatakan inilah
misteri cinta.

Persepsi dan ekspektasi ini yang kuciptakan sendiri,
membuatku perlahan-lahan mempercayainya sebagai suatu kebenaran.
Kadang aku sadar itu salah. Malahan aku menyakini skenario yang
dibangun oleh imajinasiku. Semakin lama semakin sulit bagiku untuk
melepaskannya, dan menghadapi kenyataan. Karena aku takut untuk
terbangun dari mimpi indah itu. Aku takut fakta tak sesempurna itu, bahkan jauh berbeda dari cerita yang aku inginkan. Semakin hari semakin kuat khayalan itu mengikatku.

Sehingga aku seakan hidup diantara dua dunia, antara kenyataan dan
imajinasi. Saking berharapnya aku khayalan itu adalah sebuah
kenyataan. Sebut saja aku pengecut. Takut menghadapi kenyataan. Takut
menjadi realistis. Dan aku ingin mengatakan cukup untuk semua itu. Aku
tak ingin terpenjara oleh anganku sendiri.

Dunia Realistis. Lupakanlah dongeng indah pengantar tidur tentang cinta.

Ketika kisah ini berakhir lara...tentu tak ada yang patut dipersalahkan kecuali diriku sendiri. Kembali terngiang pesan kakekku suatu kali, "Berjejaklah pada bumi, maka kamu akan bahagia."

Meski atas nama "cinta" terkadang membuat kita merasa mampu melakukan yang mustahil, dibatas mampu. TERTIPU.

Awal atau Akhir. Mungkin satu diantara dua kata itu yang akan
menentukan. Kamu bisa berkata tidak, berarti ini adalah akhir. Jika
kamu berkata iya, berarti ini adalah sebuah awal. Awal dari sebuah
perjalanan. Awal dari sebuah kesempatan. Kesempatan yang selama ini
seakan tak sempat muncul. Atau aku yang tak pernah berusaha.

Segala sesuatu indah pada waktunya, termasuk cinta. Bukan sekedar "cinta sesaat" tentunya. atau "cinta sesat" (hehehe...ga ada kali!). Seringkali ketidaksabaran menghantui hari, melirihkan jiwa, meremukkan hati. Namun, beragam cerita berbeda dapat terjadi pada setiap waktu yang berbeda. Di setiap perjumpaan, disetiap perpisahan.

Untuk yang terkasih, pelangi yang menghiasi angkasa...dibalik senyum mentari

Que Sera, Sera
The future's not ours to see
Whatever will be, will be

No comments: